Tahun baru Hijriyah, lebih sepi pastinya daripada perayaan tahun baru
Masehi. Di tambah lagi masih banyak saudara-saudara kita yang melakukan
ritual-ritual dan malah lebih dekat pada kesyirikan. Di beberapa daerah, tahun
baru Hijriyah yang bertepatan dengan Suro-an ini diperingati dengan mendatangi
pohon tertentu dan duduk di bawahnya sepanjang malam. Ada juga yang larung
sesaji dengan menyembelih kerbau dan membuang kepalanya ke laut selatan. Bahkan
di rumah-rumah, mereka pada mandi kembang tepat di pergantian tahun menuju 1
Muharram atau 1 Suro.
Bukankah seharusnya momen tahun baru Hijriyah digunakan sebagai sarana untuk
introspeksi ke dalam diri? Sudah sejauh mana perjalanan dien mulia ini dengan
tonggak Hijrah sebagai titik tolaknya?
Padahal kalau kita mau bercermin terhadap kualitas remaja di masa
kejayaan Islam sehingga akhirnya symbol Hijrah dipake, perbedaannya bagaikan
langit dan bumi. Yang namanya Ali bin Abi Thalib, remaja bahkan bisa dibilang
masih anak kecil sudah mempunyai kualitas diri oke untuk memilih Islam sebagai
jalan hidup. Begitu juga dengan Aisyah yang sudah terlihat cerdas dan cemerlang
sejak remajanya. Generasi selanjutnya tak kalah hebat.
Yang namanya Ibnu Sina, di usia 10 tahun sudah hafal Qur’an, menguasai
ilmu sastra, tasawuf dan geometri. Belum genap 16 tahun usianya, ia sudah ahli
di bidang kedokteran dan mengobati banyak pasien. Subhanallah. Bandingkan
dengan kualitas remaja masa kini yang di usia segitu pastilah waktunya habis
untuk hura-hura saja. Tapi itu tidak semua. Masih ada kok remaja yang salih dan
rajin dalam menimba ilmu demi masa depan dunia dan akhiratnya.
Remaja muslim yang berkualitas pastilah tak kan mudah terseret arus rusak
bernama jahiliyah tapi dibungkus istilah modern. Remaja muslim oke pastilah
menyandarkan semuanya menurut apa yang telah digariskan oleh Allah dan
Rasul-Nya.
Remaja muslim yang berkualitas pastilah tak kan mudah terseret arus rusak
bernama jahiliyah tapi dibungkus istilah modern. Remaja muslim oke pastilah
menyandarkan semuanya menurut apa yang telah digariskan oleh Allah dan
Rasul-Nya. Apalagi di tahun baru ini, seharusnya menjadi ajang untuk
bermuhasabah/ introspeksi tentang amal perbuatan diri sendiri, masyarakat dan
negeri ini. Sejauh mana ketaatan pada Allah dan Rasul-Nya menjadi prioritas
dalam hidup, dan bukan sekadar mengejar kesenangan duniawi semata.
Ingat, sudah puluhan tahun lamanya kita hidup dalam aturan jahiliyah.
Saatnya kamu, kita semua sebagai pemuda menjadi pelopor dan penggerak
kebangkitan menandai tahun baru Hijriyah agar tidak sia-sia. Semoga dalam waktu
dekat kebangkitan Islam yang kita rindukan itu segera terwujud sehingga tahun
baru Hijriyah berikutnya kita sudah bisa merasakan nikmatnya hidup dalam
naungan Islam. Insya Allah ^_^
0 komentar:
Posting Komentar
tanggapan anda :