Tahun baru Hijriyah, lebih sepi pastinya daripada perayaan tahun baru
Masehi. Di tambah lagi masih banyak saudara-saudara kita yang melakukan
ritual-ritual dan malah lebih dekat pada kesyirikan. Di beberapa daerah, tahun
baru Hijriyah yang bertepatan dengan Suro-an ini diperingati dengan mendatangi
pohon tertentu dan duduk di bawahnya sepanjang malam. Ada juga yang larung
sesaji dengan menyembelih kerbau dan membuang kepalanya ke laut selatan. Bahkan
di rumah-rumah, mereka pada mandi kembang tepat di pergantian tahun menuju 1
Muharram atau 1 Suro.
Bukankah seharusnya momen tahun baru Hijriyah digunakan sebagai sarana untuk
introspeksi ke dalam diri? Sudah sejauh mana perjalanan dien mulia ini dengan
tonggak Hijrah sebagai titik tolaknya?