Saat
mendengarkan kata “dakwah”, otak kita pasti sudah terbang melayang ke
mana-mana. Terbayang, mulai dari dakwahnya ustadz di TV, yang di masjid, sampai
ustadz yang di atas panggung sambil melantunkan qasidah. Begitu variatif cara
beliau menyampaikan ajaran Islam sesuai dengan perkembangan zaman.
Begitu pula kita, sebenarnya secara
tidak sadar kita pun terkadang telah berdakwah, bahkan tanpa kita rencanakan.
Misal, ada teman kita yang menunda-nunda shalat, kemudian kita mengingatkannya
untuk menyegerakan shalat. Itu sudah merupakan dakwah yang kita lakukan secara
interpersonal atau biasa disebut dakwah fardhiyah. Namun, sering kali ajakan
untuk dakwah secara bersama-sama, ditolak. Dakwah bersama pun telah ada wadahnya
di dunia kampus lhoo, seperti BPMAIU yang menyelenggarakan seleksi pe-men-tor. Padahal,
jika kita mau berdakwah bersama, kita bisa sharing cara berdakwah yang efektif
kepada tipe orang yang berbeda-beda. Kita bisa merencanakan apa yang akan kita
capai bersama. Selain itu, kita bisa memiliki pagar yang kokoh, yang ketika
kita sendiri merasa down, secara otomatis akan ter-upgrade karena untuk
menyemangati dan berdakwah kepada orang lain, kita harus semangat dulu, dan
memahami ilmunya terlebih dahulu.
Beberapa orang pasti akan menolak
dengan berbagai alasan, seperti:
1.
1. Aku
kan masih....
Biasanya
inilah alasan pertama dan yang paling banyak diungkapkan. Aku kan masih belum rajin qiyamul lail, belum rajin shaum
sunnah, belum rajin sholat dhuha, sholat rowatib, bla bla bla bla bla. Yah,
tetapi ternyata justru inilah caranya. Dengan menjadi seorang pendakwah (baca:
pementor), kita akan lebih memperbaiki diri kita, memantaskan diri kita untuk
bisa menasihati dan mengingatkan orang lain. (Masa sih?? Ciuss??) Ciuss! Belum
pernah mencoba, kan? Makanya dicoba, biar nggak melulu nggak percaya.
2.
Ngapain
sih, ngurusin orang???
Hm,
penjelasannya begini. Manusia adalah makhluk sosial yang saling membutuhkan.
Betul tidak?? (betul betul betul J) Sebagai contoh
analogi, jika suatu ketika kita melihat dan membiarkan 1 orang membuang sampah
ke selokan. Maka itu akan menjadi kebiasaannya, toh tidak apa-apa. Namun,
lama-kelamaan sampah akan menumpuk dan ketika hujan turun terjadi banjir dan
genangan air kotor. Lalu, jadilah sarang nyamuk. Impossible, nyamuk itu hanya
akan menggigit orang yang membuang sampah di selokan tadi. Kalau yang digigit
kita, bisa ber-abe kan???
Nah,
that’s why Rasulullah mengajarkan bahwa semakin aktif dan berkualitas dakwah
kita, maka kualitas iman kita semakin kuat:
“Barangsiapa melihat kemungkaran,
maka hendaklah ia mengubah dengan tangannya. Jika ia tidak mampu, hendaklah (ia
mengubahnaya) dengan lisannya. Jika ia tidak mampu, maka dengan hatinya. Dan
itulah selemah-lemahnya iman” (HR Muslim)
3.
Aku
sih pengin, tapi....
Pengiiiin,
mauuuu..tapi...aku mau fokus kuliah. Aku mau memperbaiki nilaiku dulu. Aku mau
ini dulu, mau itu dulu. Yup. Semua orang pasti punya masalah. Hanya saja
terdapat perbedaan pada bagaimana cara kita menyelesaikannya. Dan inilah firman
Allah dalam Al Qur’an surat Muhammad
[47] ayat 7:
“Jika engkau menolong [agama]
Allah, niscaya Allah menolongmu dan meneguhkan pijakan kakimu...”
Masih mau mengelak? Haha. Hidup itu
pilihan. Semua tergantung kita sendiri. Tinggal jalur mana yang kita pilih,
proses mana yang akan kita jalani, dan itulah yang akan menentukan masa depan
kita nanti. Dan satu hal lagi. Hidup kita di dunia ini tidak kekal abadi.
Namun, proses hidup kita inilah yang akan menentukan apakah kita akan
terseleksi dari daftar penghuni surga. (Na’udzubillah)
Jadi...Semangat
ya akhi wa ukhti. (END, 2013)
“Dan siapakah
yang lebih baik perkataannya daripada orang yang menyeru kepada Allah,
mengerjakan amal yang shalih, dan berkata: Sesungguhnya aku termasuk
orang-orang yang berserah diri” (QS Fushshilat [41]: 33)
“Kalian adalah
umat terbaik yang dilahirkan untuk manusia, kalian menyeru kepadayang ma’ruf
dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah...”(QS Ali ImranQS Ali
Imran [3]:110)