Cool Blue Outer Glow Pointer

Ads 468x60px

Labels

Kamis, 12 Juni 2008

Mencari jodoh

Jumat, 6 Jun 08 05:21 WIB
Kirim teman
Assmlkm...
Langsung aja bu...bagaimana menurut Islam cara-cara yang harus dilakukan kalo seseorang merasa udah siap menikah? Bagaimana mencari calonnya...bagaimana aturannya...bagaimana menurut ibu orng yang minta carikan guru ngajinya atau orang tuanya....tau apakah kita emang harus sabar menunggu..katanya jodoh ditangan tuhan...ga usah dipikirkan..kalo udah saatnya pasti ketemu..bagaimana menurut ibu orang yang sampe tua blm menemukan jodohnya...apakah menyalahi fitrahnya?
Tolong nasehat2nya bu agar saya bisa lebih bersabar..umur saya 23 tahun...
Makasih..
Wassalam....
Natural
Jawaban
Wa’alaikumussalam warahmatullahi wa barakatuh
Sdr Natural yang disayang Allah, Pernikahan adalah sunah Rasulullah. Banyak sekali sunah Rasulullah yang menjelaskan keutamaan pernikahan. Rasulullah pun bersabda, ”Wahai segenap pemuda, barangsiapa yang telah mampu untuk kawin maka hendaklah kawin, karena kawin itu lebih baik dapat memelihara kemaluan. Dan barangsiapa yang belum mampu kawin, maka hendaklah dia berpuasa, karena puasa itu akan jadi perisai baginya.” (HR bukhari dan Muslim)
Sdr Natural, kesiapan seorang pemuda tidak semata-mata ditilik dari sisi usia. Ada banyak sisi yang mesti disiapkan agar jenjang pernikahan itu menjadi ibadah yang melejitkan derajat kita di mata Allah. Sehingga pernikahan yang barokah itu tidak diselingi dengan problem-problem yang mestinya selesai sebelum pernikahan itu dijalani.
Tolak ukur dan standar kesiapan pernikahan itu pun tak dapat diukur dengan angka. Bisa dimulai dari persiapan mental-psikologis maupun persiapan konseptual dan tentu saja bagi laki-laki persiapan ekonomi. Persiapan ekonomi tak berarti harus kaya harta, tetapi janganlah seorang laki-laki menganggur sehingga menelantarkan keluarganya.
Nah Sdr Natural, maka bila Anda merasa telah siap untuk menikah, kuatkanlah azzam atau keinginan itu dengan langkah-langkah nyata yang membuktikan bahwa kesiapan itu tidak kesiapan yang asal ucap. Misalnya saja mulai dari ’ishlahun nafs’ atau perbaikan diri. Maka, mendekatkan diri kepada Allah, memperbaiki keyakinan bahwa pilihan Allah adalah yang terbaik, mempelajari ilmu-ilmu tentang pernikahan, melakukan akhlak terpuji yang (nantinya) didamba seorang isteri dan meninggalkan akhlak tercela yang akan mengganggu keharmonisan hidup berumah tangga, adalah beberapa contoh di antaranya.
Yang juga sangat penting adalah senantiasa bermohon, berharap dan meminta dengan tulus kepadaNya. Bukankah Allah ada pada persangkaan hambaNya?
Tentang jodoh, darimana ia datang? Tentunya ini rahasia Allah. Dan rahasia Allah ini bisa kita dekati dengan amal-amal nyata yang membuktikan kita memang layak dikategorikan Allah sebagaimana AQ S An Nur ayat 26, ”Lelaki yang baik untuk perempuan yang baik....”
InsyaAllah, bila lingkungan kita adalah lingkungan yang baik (biah sholihah), semoga dari lingkungan itu pula kita mendapatkan jodohnya. Karena putaran (orbit) yang baik itulah orbit kita. Dan kita tak berjalan di orbit yang salah, penuh maksiyat atau kebebasan anak muda yang melenakan. Semoga bukan dari situ kita mendapatkannya.
Tak masalah pula kita melibatkan orang tua, guru ngaji atau orang sholih di sekitar kita untuk mendapatkan jodoh selama cara-cara yang dipakai tidak melanggar syariat. Tentu menjadi ’kebahagian ’ tersendiri bagi orang tua bila anaknya mau melibatkannya dalam urusan yang penting ini. Apalagi bila tolok ukur yang mereka, anak dan orang tua pakai, adalah tolok ukur yang sama, keimanan.
Sebagai manusia, usaha kita harus maksimal dan tidak mudah menyerah, baru setelahnya kita serahkan keputusan yang terbaik menurutNya. Begitu pun orang yang berusia tua namun tak juga menikah, apakah ia menyalahi fitrahnya? Wallahu alam, semua tergantung kepada niat, azzam, amal dan usaha yang maksimal dan ketergantungannya secara penuh kepada Allah...
Wallahu a’lam bissshawab. Wassalamu’alaikum warahmatullahi wa barakatuh
Ibu Urba

0 komentar:

Posting Komentar

tanggapan anda :