Bulan
Januari yang kerap dijuluki masyarakat Jawa sebagai ‘hujan sehari-hari’,
terbukti tidak sepenuhnya salah. Coba tengoklah sekitar, mungkin saat sedang
membaca tulisan ini di tempat kalian sedang hujan deras, sedang gerimis, atau
mungkin mendung, jalanan yang basah, sungai meluap, banjir atau mungkin
matahari bersinar cerah usai hujan deras.
Bulan
Januari di Indonesia masih terhitung sebagai musim penghujan. Hampir setiap
hari, hujan senantiasa menemani aktivitas masyarakat dari Sabang sampai
Merauke. Tak terhitung betapa banyaknya air yang menguap dan jatuh ke bumi
Indonesia.
“Dan dari langit Kami
turunkan air yang memberi berkah, lalu Kami tumbuhkan dengan (air) itu
pepohonan rindang dan biji-bijian yang dapat dipanen” (QS.
Qaf : 9)
Demikian
Firman Allah Azza Wa Jalla, sudah pasti dan tidak bisa dipungkiri, hujan
merupakan rahmat Allah yang membawa keberkahan, membawa kebermanfaatan bagi
setiap umat-Nya. Tetapi ironisnya, tak terhitung pula keluhan-keluhan yang
dilontarkan sebagian orang. Berkaca pada diri sendiri, contohnya saja ketika
mahasiswa hendak pergi ke kampus. Dan tiba-tiba hujan turun. Sudahlah, semangat
yang tadinya membara tiba-tiba hangus hanya karena hujan deras, mengomel tak
jelas. Benar begitu? Na’udzubillahi min dzalik.
Padahal,
kalau kita telisik lagi. Memang apa salahnya hujan? Bukankah sudah menjadi Sunatullah,
hujan dan panas, laki-laki dan perempuan, panas dan dingin, cinta dan benci
*ehh. Kenapa sampai sekarang di usia yang seharusnya menginjak kematangan
ukhrowi kita belum faham?Alangkah lebih bijaksananya lagi kalau kita renungkan
berbagai manfaat dari hujan. “Dan apakah
orang-orang kafir tidak mengetahui bahwa langit dan bumi keduanya dahulu
menyatu, kemudian Kami pisahkan antara keduanya; dan kami jadikan segala
sesuatu yang hidup berasal dari air; maka mengapa mereka tidak beriman?”. Ya,
karena airlah yang membantu keberlangsungan hidup makhluk Allah (hewan,
tumbuhan, dan manusia).Bagaimana dengan keluhan-keluhan
ini? “Arrghh, ujan lagi!”, “Aduh, nanti bajuku basah”, “Aduhh, jangan ujan
dulu..” sepertinya sudah menjadi kebiasaan orang yang secara tak sadar sedang
memalingkan diri atas keberkahan yang Allah berikan.
Hmm,
daripada mengomel tidak jelas. Yuk, mulai saat ini kita tuntun ucapan kita agar
mengundang kebaikan. Mulai dari hal kecil, mulai dari diri kita sendiri, dan
mulai dari sekarang (Aa Gym). Ibnu Qudamah dalam Al Mughni meriwayatkan Rasulullah
SAW sang Qudwah Hasanah kita bersabda, “Carilah
do’a yang mustajab pada tiga keadaan : (1) bertemunya dua pasukan (2) menjelang
shalat dilaksanakan, dan (3) saat hujan turun”. Subhanallah, ternyata
ketika turun hujan merupakan kesempatan terbaik dalam memanjatkan do’a. Selain
itu, ‘Aisyah radhiyallahu ‘anhuberkata
Nabi Muhammad SAW ketika melihat turunnya hujan, beliau berucap, “Allahumma sayyiban nafi’an” (Ya Allah
turunkanlah kepada kami hujan yang bermanfaat). Do’a yang indah bukan? Ditambah
lagi do’a ketika selesai turun hujan “Muthirna
bi fadhlillahi wa rahmatih” (Kita diberi hujan karena karunia dan rahmat
Allah).
Nah,
mumpung masih dalam musim hujan nih, yuk
kita amalkan do’a-do’a tersebut dalam keseharian. Senantiasa sama-sama
mengingatkan dalam kebaikandimulai pada saat ini dan berlangsung seterusnya.
Semoga Allah selalu merahmati kita semua. Aamiin J (FNR, 2013)
0 komentar:
Posting Komentar
tanggapan anda :