Cool Blue Outer Glow Pointer

Ads 468x60px

Labels

Senin, 16 Juni 2008

PENDEKATAN SPIRITUAL DALAM PROSES PENYEMBUHAN

Selvi Ermawati

Abstrak

Manusia sebagai makhluk bio-psiko-sosio-kultural dan spiritual memiliki kepercayaan sebagai kebutuhan spiritual untuk mempertahankan keyakinan dan memenuhio kewajiban agama. Kebutuhan spiritual diyakini dapat menuntun kebiasaan sehari-hari, sumberkekuatan dan penyembuhan berkaitan denghan karakteristik spiritual seseorang.
Tujuan penulisan artikel ini adalah agar setiap orang mampu menampilkan aspek spiritual dalam proses penyembuhan dengan jalan membangun karakteristik spiritual yang positif dari dalam diri si sakit sendiri serta dukungan dari pihak-pihak yang ada disekitarnya.
Keyakinan tentang pemahaman agama dapat memberikan dukungan dalam upaya mempercepat proses penyembuhan. Kondisi sakit dapat mempengaruhi hubungsan pasien dengan orang lain, dengan lingkungan sekitar mereka dan dengan Tuhan. Dengan adanya keyakinan keberadaan Tuhan dapat mempengaruhi harapan-harapan si sakit terhadap kesembuhannya, dan dengan harapan itu dapat meningkatkan motivasi untuk kembali ke keadfaan normal.

Kata kunci : pendekatan spiritual, karakteristik spiritual, proses penyembuhan



PENDAHULUAN
Seseorang dikatakan sehat tidak hanya dilihat dari badan atau fisiknya saja, psikologisya saja atau sosial budayanya saja, tetapi seseorasng dikatakan sehat adalah sehat secara menyeluruh termasuk didalamnya sehat secara spiritual. Dulu WHO mendefinisikan orang sehat adalah keadaan sejahtera baik fisik, mental sosial dan bebas dari penyakit atau kecacatan. Tetapi sejak tahun 1984 definisi tersebut sudah berubah yaitu dengan memasukkan unsur spiritual / kerohanian / agama. Jadi sekarang istilah sehat ditinjau dari empat aspek yaitu fisik, mental, sosial dan spiritual / kerohanian.(1)
Seseorang yang mengalami sakit tertentu untuk menuju sehat melalui suatu proses yaitu proses penyembuhan. Dalam proses penyembuhan ini sangat dipengaruhi oleh karakteristik spiritual si sakit. Karakteristik spiritual pada seseorang dapat positif atau negatif. Seseorang dengan karakteristik spiritual positif cenderung mampu uyntuk mengartikan sakit sebagai hal positif sehingga dapat memunculkan motivasi bagi dirinya untuk berupaya segera keluar dari keadaan sakitnya. Sedangkan seseorang dengan karakteristik spiritual negatif memiliki kecenderungan menganggap sakit sebagai hal yang buruk atau negatif sehingga dia akan mengalami kesulitan untuk memotivasi dirinya sendiri untuk segera sembuh, biasanya diikuti dengan perasaan putus asa dan pasrah tanpa usaha.
Dari masalah diatas melalui artikel ini diharapkan agar setiap orang mampu menampilkan aspek spiritual dalam proses penyembuhan dengan jalan membangun karakteristik spiritual yang positif dari dalam diri si sakit sendiri serta dukungan dari pihak-pihak yang ada disekitarnya.

ISI
Spiritualitas
Dimensi spiritual berupaya untuk mempertahankan keharmonisan atau keselarasan dengan dunia luar, berjuang untuk menjawab atau mendapatkan kekuatan ketika sedang menghadapi stress emosional, penyakit fisik ataupun kematian, kekuatan yang timbul diluar kekuatan manusia.
Menurut Burkhardt (1993), spiritualitas meliputi aspek : 1.Berhubungan dengan seseuatu yang tidak diketahui, 2. Menemukan arti dan tuuan hidup, 3. Menyadari kemampuan untuk menggunakan sumber-sumber dan kekuatan dalam diri sendiri, 4. Mempunyai perasaan keterikatan dengan diri sendiri dan dengan Tuhan Yang Maha Tinggi.(2)
Prof. Ali Yahfi dalam sebuah tulisan menyebutukan bahwa spiritual adalah sisi bsati atau sisi rohani manusia dan sisi kekuatan yaitu nafs, akal dan hati nurani (qolb).(3)
Pendekatan spiritual pada proses penyembuhan dapat dilihat dari beberapa aspek, yaitu aspek agama, kepercayaan / keyakinan (faith) dan harapan.
Agama. Merupakan suatu sistem ibadah yang terorganisir atau teratur. Agama mempunyai keyakinan sentral, ritual dan praktik yang biasanya berhbungan dengan kematian, perkawinan dan keselamatan / penyelamatan (salvation). Agama mempunyai peraturan-peraturan tertentu yang dipraktikkan dalam kehidupan sehari-hari yang meemberikan kepuasan bagi yang menjalankannya. Perkembangan keagamaan individu merujuk pada penerimaan keyakinan, nilai, aturan dan ritual tertentu. Elizabeth K Nottingham mendefinisikan agama sebagai gejala yang begitu sering terdapat dimana-mana dan agama berkaitan dengan usaha-usaha manusia untuk mengukur dalamnya makna keberadaan diri sendiri dan keberadaan alam semesta. Selain itu agama dapat membangkitkan kebahagiaan batin yang paling sempurna dan juga erasaan takut dan ngeri. Meskioun perhatian tertuju kepada adanya suatu dunia yang tidak dapat dilihat (akhirat) namun agama melibatkan dirinya dalam masalah-masalah kehidupan sehari-hari.(2,4)
Kepercayaan / keyakinan. Mempunyai kepercayaan / keyakinan berarti mempercayai atau memiliki komitmen terhadap sesuatu atau seseorang. Dalam konsep kepercayaan terdapat dua pengertian yaitu : 1. Didefinisikan sebagai kultur atau budaya dan lembaga keagamaan seperti islam, Kristen, hindu, budha dan lain-lain; 2. Didefinisikan sebagai sesuatu yang berhubungan dengan keTuhanan, kekuasaan tertinggi, orang yang memiliki wewenang atau kuasa, suatu perasaan yang memberikan alasan tentang keyakinan (belief) dan keyakinan sepenuhnya (action). (5)
Harapan. Merupakan konsep multidimensi, suatu kelanjutan yang sifatnya berupa kebaikan, perkembangan dan bisa mengurangi sesuatu yang kurang menguntungkan. Harapan juga merupakan energi yang bisa memberikan motivasi kepada individu untuk mencapai suatu prestasi dan orientasi ke depan. Menurut Hawari (1996), dengan harapan kekuatan spiritual seseorang dalam upaya kesehatan membangkitkan rasa percaya diri dan optimisme, yang merupakan dua hal esensial bagi kesembuhan penyakit disamping obat-obatan dan tindakan medis.(3)

Karakteristik Spiritual
Karakteristik spiritual manusia terdapat pada bentuk hubungan rasa keharmonisan saling kedekatan dalam diri, antara diri dengan orang lain, alam dan hubungan dengan keTuhanan.
Hubungan dengan diri sendiri sebagai kekuatan dalam dan self reliance yang meliputi : pengetahuan diri (siapa dirinya, apa yang dapat dilakukannya) ; dan sikap (percaya pada diri sendiri, percaya pada kehidupan / masa depn, ketenangan pikiran, harmoni / keselarasan dengan diri sendiri). Hubungan dengan alam membentuk harmoni yang meliputi mengetahui tentang tanaman, pohon, margasatwa, iklim ; dan bagaiman berkomunikasi dengan alam (bertanam, berjalan kaki), mengabadikan dan melindungi alam.
Hubungan dengan orang lain meliputi harmonis / suportif dan tidak harmonis. Harmonis meliputi berbagi waktu, pengetahuan dan sumber secara timbale balik ; mengasuh anak, orangtua dan orang sakit ; meyakini kehidupan dan kematian. Tidak harmonis meliputi konflik dengan orang lain dan resolusi yang menimbulkan ketidakharmonisan dan friksi. Hubungan dengan keTuhanan yang terwujud agamais dan tidak agamais seperti sembahyang / berdoa / meditasi, perlengkapan keagamaan dan bersatu dengan alam.(2)

Proses Penyembuhan
Penyembuhan meupakan proses peralihan dari sakit menuju sehat. Seseorang ketika menghadapi kenyataan bahwa dia sakit tidak seutuhnya langsung menerimaapa yang ada dihadapannya saat itu juga, tetapi adakalanya melalui suatu proses terlebih dahulu.
Klubber Ross (1969) mengklasifikasikan tahapan sakit kedalam lima tahap yaitu denial, anger, begaining, depression dan acceptance. Denial .Pada tahap denial seseorang akan menolak kenyataan / menimbulkan rasa ketidakpercayaan bahwa dia sakit. Orang akan merasa syok. Anger. Kemudian mereka akan menjadi anger atau timbul kemarahan dan respon yang melebihi denial. Kemarahan terjadi ketika orang yang sakit merasa rencana dan kegiatannya terganggu. Orang yang sakit akan merasa iri terhadap orang lain yang masih dapat menikmati kehidupan. Kemarahan biasanya ditumpahkan melalui reaksi alamiah dan sering dilakukan terhadap siapapun yang ada disekitarnya. Bergaining atau tawar-menawar. Seseorang akan mencoba menunda atau memesan saat-saat sakit. Dan masih ada waktu untuk berdoa, melengkapi tujuan hidup. Seseorang akan berjanji memperbaiki cara hidup dan akan lebih sering berdoa. Depresion. Pada tahap ini seseorang kemungkinan mengalami kecemasan yang dapat membawa menuju keputusasaan. Acceptance / penerimaan. Seseorang telah mampu meneima bahwa ia sakit. Apabila ia telah mendapat cukup waktu dan telah dibantu dalam menjalani tahap-tahap sebelumnya, maka ia akan tiba pada suatu keadaan tidak merasa depresi maupun marah terhadap nasibnya.(2)

PEMBAHASAN
Seseorang yang mengalami sakit tertentu seringkali mengalami pergeseran spiritualitas yang besar dan manifestasinya bergantung pada bagaimana orang tersebut dalam menghadapi suatu permasalahan.
Manusia sebagai makhluk holistik yang meliputi biopsikososiokultural dan spiritual yang tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Aspek biopsikososiokultural dapat dipenuhi melalui pengobatan secara medical maupun terapi jiwa oleh psikolog. Namun kadangkala pengobatan yang dilakukan tidak seratus persen menghasilkan harapan yang diinginkan yaitu kesembuhan. Seringkali seseorang yang mengalami sakit tertentu belum sembuh total meskipun telah dilakukan berbagai macam cara. Salah satu penyebabnya dapat berupa ketidak yakinan pada diri si sakit yang menyebabkan rendahnya harapan untuk sembuh dari sakit.
Hal ini kebanyakan terjadi pada orang-orang yang berada pada kondisi terminal yaitu suatu keadaan yang cenderung menurun terus-menerus dan hanya terdapat kemungkinan sembuh yang sangat kecil atau dengan kata lain hanya menunggu saat ajal atau kematian tiba. Pada kondisi seperti ini aspek spiritual seseorang benar-benar diuji. Apakah ia mampu menggunakan agama, keyakinan atau kepercayaan untuk memunculkan motivasi dan harapan untuk terus melawan penyakitnya dengan tabah dan terus berusaha untuk sembuh dengan selalu berserah diri dan tawakal kepada Tuhan atau sebaliknya orang akan semakin menjauh karena putus asa maupun depresi.
Disinilah karakteristik spiritual mulai berperan baik dalam hubungan dengan dirinya sendiri, hubungan dengan alam, hubungan dengan orang lain dan yang tertinggi adalah hubungan dengan Tuhan.
Antara diri, alam, orang lain dan Tuhan terdapat hubungan yang saling berkaitan. Sebagai contoh, seorang pasien paska operasi pencangkokan tulang pada ekstremitas atas. Ia tidak dapat melakukan fungsi tangannya dengan normal. Kondisi ini juga mempengaruhi peran sosialnya terhadap lingkungan sekitar. Pada keadaan ini seseorang sangat memerlukan bantuan dari orang lain untuk memenuhi kebutuhan biologis, psikologis, sosial cultural dan kebutuhan spiritual.
Seseorang dengan karakteristik spiritual yang positif akan mampu memunculkan motivasi dari dalam dirinya sendiri yang mampu meningkatkan harapan kesembuhan. Orang seperti ini memiliki keyakinan yang kuat berdasarkan perilaku agamis yang dimiliki sehingga memiliki rasa optimis. Sedangkan bagi mereka yang memiliki karakteristik spiritual negatif akan cenderung sulit keluar dari keadaan dan statis yang biasanya diikuti rasa putus asa. Orang seperti ini sangat memerlukan dukungan yang lebih dari orang lain yang berada disekitarnya terutama dukungan dari keluarga atau orang terdekat melalui pendekatan baik kepercayaan / keyakinan, agama dan juga harapan.
Pendekatan keyakinan / kepercayaan dapat dilakukan dengan jalan membantu si sakit untuk meningkatkan konsep diri atau pengetahuan diri dan pengalaman dirinya bersama tubuhnya. Atau setidaknya membangkitkan kembali konsep diri karena kecenderungan orang yang sakit pada tahap awal terutama pada tahap disbelief dan agree seseorang mengalami gangguan konsep diri seperti timbulnya stress karena ketidakmampuan menerima kenyataan bahwa ia sakit. komunikasikan kepada si sakit tentang siapa dirinya dan apa yang dapat dilakukannya. Bangun sikap percaya pada diri sendiri dan arahkan untuk kembali mengingat harapan-harapannya tentang masa depan. Upayakan agar si sakit memperoleh ketenangan batin sehingga ia mampu mengendalikan diri dan pikirannya untuk meningkatkan motivasi untuk keluar dari masalahnya yaitu segera sembuh dari sakit.

1 komentar:

tanggapan anda :